Kandang Close Housed

Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan organisme lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak.

Broiler Modern

Ayam pedaging hasil persilangan dari berbagai bangsa ayam pedaging, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan daging secara optimal dan edisien, memiliki keunggulan pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak, yang didukung dengan pakan yang berkualitas dan menajemen pemeliharaan yang maksmila

Brooding Period

Brooding Period Brooding Period Brooding Period Brooding Period Brooding Period Brooding Period Brooding Period Brooding Period Brooding Period Brooding Period Brooding Period Brooding Period Brooding Period

DOC ( Day Old Chick )

DOC ( Day Old Chick ) DOC ( Day Old Chick ) DOC ( Day Old Chick ) DOC ( Day Old Chick ) DOC ( Day Old Chick ) DOC ( Day Old Chick ) DOC ( Day Old Chick ) DOC ( Day Old Chick ) DOC ( Day Old Chick )

Pakan Broiler

Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.

Rabu, 31 Desember 2008

Jangan Biarkan Ayam Anda Sakit


SUATU usaha budidaya unggas tidak selamanya berhasil. Terkadang gagal alias rugi. Berbagai macam faktor penyebabnya, cuaca, pakan yang kurang baik, harga pasar yang rendah dan kesehatan ayam, dalam hal ini ayam yang dipelihara sakit. DOC yang dikirim dari hatchery ke kandang telah melalui suatu proses seleksi yang sangat ketat, oleh karena itu peluang untuk ayam kesehatannya terganggu sangatlah kecil. Namun sampai hari ini masih banyak kasus penyakit yang terjadi karena prinsip-prinsip manajemen pemeliharaan budidaya dan biosecurity tidak diterapkan oleh beberapa kalangan peternak atau pebisnis ayam, sehingga kerugian setiap saat menghadang. Penyakit yang terjadi pada unggas bukan hanya disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak bersahabat atau dengan kata lain tidak dapat diatur, namun juga sangat banyak disebabkan oleh kelalaian pemelihara atau peternak. Dalam hal manajemen, umumnya peternak berpegang atau berpedoman pada kebiasaan tanpa melihat kondisi lingkungan, sehingga kegagalan yang diperoleh karena kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh ayam tidak diberikan sebagaimana mestinya. Penyebaran penyakit pada unggas dapat terjadi secara vertikal dan horizontal. Karena itu pengawasan yang ketat perlu dilakukan dan perlu juga perhatian yang lebih jika ayam yang dipelihara terinfeksi suatu penyakit. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan seperti: umur ayam yang terinfeksi penyakit, tingkat morbiditas, jenis antibiotik dan dosis antibiotik yang akan digunakan untuk mengobati ayam yang sakit, semuanya ini merupakan hal yang sangat penting dan harus diketahui oleh seorang peternak .

Mekanisme Transmisi Penyakit
Mekanisme transmisi penyakit yang telah dikenal ada beberapa sebagai berikut :
1. Transovarial Route ( Secara Vertikal ) dari induk melalui telur, seperti Mycoplasmosis, Pullorum, Reovirus dan Adenovirus.
2. Transmisi Melalui Egg Shell (E.Coli, Salmonella SPP).
3. Transmisi Langsung (Salmonellosis, Coryza, Mycoplasmosis, Laryngotrachetis dan Pasteurellosis).
4. Transmisi Tidak Langsung (Transport, Equipment dan Feed yang dikirim ke farm).
5. Melalui Angin (Jarak 5 KM bahkan lebih, penyakit vvND dan ILT masih dapat menyerang).
6. Vektor Biologis (Burung– burung liar vektor AI dan Pasteurella SPP).
7. Pakan (Kontaminasi).
8. Vaksin (Kontaminasi).

Berapa Lama Bibit Penyakit Itu Bertahan?
Daya hidup penyakit sangat bervariasi tergantung dari penyakit tersebut, contoh : daya hidup Mycoplasma Galliseptikum (pada gambar 1).

Peran Dan Mekanisme KerjaAntibiotik
Antibiotik merupakan zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan, dalam larutan encer, untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme ( Newman, 2002 ). Tidak semua penyakit yang menyerang unggas harus diberi antibiotik. Ada beberapa hal yang perlu dipahami mengenai peran dan mekanisme kerja antibiotik. Disamping itu pula seorang peternak harus mampu atau memahami secara detail waktu paruh obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang menyerang unggas agar aplikasinya tepat sehingga dapat memberikan kesembuhan. Waktu paruh adalah jangka waktu sampai kadar obat dalam darah menurun menjadi separuh dari harga asalnya ( Mutschler, 1991 ) atau kadang juga didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh tubuh untuk menetralisir obat tersebut. Waktu paruh dari berbagai jenis antibiotik dapat dilihat pada Tabel
1 dibawah ini :
Hindari agar Ayam tidak Sakit
Beberapa hal yang perlu dilakukan atau dilaksanakan oleh peternak agar terhindar dari kerugian yang disebabkan karena ayam sakit:
1. Biosecurity yang ketat.
2. Down Time atau masa istirahat kandang yang cukup, minimal 14 hari.
3. Usahakan umur ayam dalam satu farm seragam.
4. Waktu dan aplikasi vaksin yang tepat dan akurat.
5. Lalu lintas karyawan diperketat, sebaiknya jangan berpindah dari satu kandang kekandang lain.
6. Lakukan uji sensitivitas antibiotik secara berkala, agar antibiotik yang sudah resisten tidak terpakai.
7. Jaga kebersihan didalam dan diluar farm.
8. Pemberian pakan yang teratur.
9. Pemberian vitamin, terutama pada satu hari sebelum vaksin, pada saat vaksin dan satu hari setelah vaksin, karena dampak reaksi post vaksinasi yang berat dapat mengakibatkan ayam menjadi sakit.

Pemberian Antibiotik Pada Ayam
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian antibiotik pada ayam :
1. Antibiotik yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi ayam, apakah untuk pencegahan atau untuk pengobatan
2. Pilihlah antibiotik yang cocok, dalam hal ini memiliki daya kerja untuk membunuh
mikroorganisme patogen atau sesuaikan dengan spekrum antibiotik tersebut.
3. Berikan antibiotik sesuai dengan waktu paruh yang dimiliki oleh antibiotik tersebut
yang dipilih.
4. Berat badan dan konsumsi air minum mutlak harus diketahui agar antibiotik yang diberikan sesuai dosis yang dibutuhkan.
5. Perhatikan waktu henti obat dan lama pemberiannya.
6. Kemampuan diagnosa yang akurat agar tidak salah dalam pemberian dosis, dalam artian dilihat tingkat morbiditas.
7. Perhatikan umur ayam yang akan diobati.



Kesimpulan
Dari beberapa hasil survey yang dilakukan ditemukan bahwa umumnya farm yang tingkat kebersihannya rendah sangat banyak terjadi kasus penyakit, akan tetapi farm yang kondisi lingkungannya bersih dan manajemen yang bagus sangat jarang terjadi kasus penyakit. Sanitasi yang baik sudah menentukan 80 persen tingkat keberhasilan dalam hal budidaya unggas.
(Oleh : By : Syahrir Akil,
Technical Service and Development, PT.
CPI) Jakarta

Tabel 1. Waktu Paruh Berbagai Jenis Antibiotik.
NAMA ANTIBIOTIKA WAKTU PARUH
AMPICILLIN 10 – 15 MENIT
PENICILLIN 1 JAM
CHLORAMPHENICOL 1,2 JAM
OXYTETRACYCLINE 4,2 JAM
TYLOSIN 5 JAM
KEL. SULFA > 6 JAM
TRIMETHOPRIM > 6 JAM
DOXYCICLINE 16 – 18 JAM
ERYTROMYCIN 8 – 9 JAM


BULETIN CP. MARET 2008 Nomor 99/Tahun IX

Paradigma Baru pada Manajemen Brooding


ADA satu pengalaman menarik yang penulis alami saat musim hujan. Saat itu menjelang tengah malam sekitar pukul 23.15 WIB yang diawali hujan saat sore hari. Penulis melihat ayam broiler umur 5 hari mengalami panting atau megapmegap di dalam kandang. Suhu terukur saat itu adalah 300C. Penulis ingat betul, umur tersebut
semestinya ayam masih berada pada fase brooding yang justru memerlukan suhu tinggi. Bila kita perhatikan suhu terukur tersebut, mestinya masih kurang dari 340C, tetapi pada kenyataannya ayam mengalami panting. Pengalaman menarik seperti ini barangkali sering juga dialami peternak-peternak kita. Hanya saja tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan ayam tersebut panting. Menurut arahan dan literature yang kita dapatkan di Indonesia, suhu yang harus dicapai pada masa brooding adalah kisaran 33 sampai 350C dan menurun 0,50C setiap harinya. Karena pada masa tersebut thermoregulasi ayam masih belum berfungsi secara sempurna untuk menjaga
stabilitas panas tubuhnya.

Suhu Efektif
Dari hasil kajian literatur yang dikombinasi dengan pengalaman lapangan, sudah semestinya kita mengubah paradigma lama dalam manajemen brooding. Selama ini kita masih terpaku pada target pencapaian suhu brooding yang maksimal. Kita perlu secara sadar untuk mencoba memahami suhu efektif yang benar-benar dirasakan ayam. Berbeda dengan suhu terukur, suhu efektif merupakan suhu yang benar-benar dirasakan oleh ayam. Suhu efektif berasal dari suhu terukur yang dikombinasi dengan kelembaban relative (%RH) terukur. Artinya, bila pada alat ukur suhu tercatat 300C, maka suhu yang benarbenar dirasakan oleh ayam belum tentu 300C. Sebagai contoh pada saat bersamaan dengan itu, % kelembaban relatif (%RH) terukur adalah 85% maka suhu yang benar-benar dirasakan oleh ayam adalah lebih tinggi dari 300C. Tetapi bila saat itu % kelembaban relatif (%RH) terukur adalah 55 sampai 60% maka suhu yang benar-benar dirasakan oleh ayam adalah sama, yaitu 300C. Inilah yang dinamakan suhu efektif, yaitu suhu yang dirasakan dari kombinasi suhu dan % kelembaban relatif. Sedangkan suhu terukur atau ambient temperatur merupakan suhu
yang terbaca pada pengukuran menggunakan alat ukur termometer.

Heat Stress Index
Bila kita lebih jauh membicarakan kombinasi suhu dan % kelembaban relatif (%RH),
maka kita akan masuk pada satu pengertian dasar yaitu Heat Stress Index. Heat Stress Index didefinisikan sebagai suatu index yang menjadi ukuran tingkatan dimana ayam masih dapat beradaptasi atau tidak terhadap kondisi cuaca. Heat stress index yang masih dapat ditolerir oleh ayam adalah 160, artinya apabila heat stress index melebihi angka 160 maka ayam akan mengalami panting atau megap-megap. Sebaliknya bila angka heat stress index di bawah 160 maka ayam masih dapat beradaptasi. Semakin bertambahnya umur ayam, standar heat stress index semakin menurun. Heat stress index standar anak ayam umur sehari (DOC) adalah 155 sedangkan umur 35 hari adalah 140. Ayam akan mulai mengalami panting bila Heat Index di atas 155, dan kelembaban merupakan bagian utama dari permasalahan ini. Pada suhu yang sama dengan kelembaban yang lebih tinggi, maka secara fisiologis ayam akan merasakan suhu yang lebih tinggi dari pada suhu yang terukur. Heat stress index didapatkan melalui kalkulasi suhu dan % kelembaban relatif (%RH) dengan menjumlahkan suhu dalam satuan Fahrenheit dengan % kelembaban relatif (%RH) terukur. Contoh di atas, pada suhu 300C (860F) dengan % kelembaban relatihf (%RH) terukur adalah 85%, maka heat stress index adalah 171 jauh di atas 160. Maka sudah semestinya apabila ayam saat itu mengalami panting. Sekarang, yang menjadi pertanyaan adalah pada suhu berapa kita semestinya memperlakukan ayam agar tidak mengalami panting. Untuk menjawab pertanyaan ini kita memerlukan angka standar heat stress index berdasarkan umur ayam. Selain itu kita harus mengukur terlebih dahulu berapa % kelembaban relative (%RH). Dari dua sumber data ini maka kita dapat mengetahui
pada suhu berapa ayam akan merasakan suhu yang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Kesalahan awal memperlakukan anak ayam dapat menyebabkan pencapaian performance yang tidak maksimal. Umumnya, kesalahan manajemen brooding ini sering tidak nampak karena kekeliruaan persoalan brooding dianggap masih masalah yang sepele. Oleh karena itu mulai saat ini mari kita sama-sama memperbaiki paradigma dalam manajemen brooding. Kita jangan hanya terpaku pada target pencapaian suhu brooding, tapi amati juga faktor kelembaban relatifnya

Tabel Standar Suhu dan Kelembaban Saat Brooding
Umur (hari) Suhu % Kelembaban Heat Index
oC oF
1 32 90 65 155
2 32 90 65 155
3 32 90 65 155
4 31 88 65 153
5 31 88 65 153
6 31 88 65 153
7 30 86 65 151
8 30 86 65 151
9 30 86 65 151
10 30 86 65 151
11 30 86 65 151
12 30 86 65 151
13 30 86 65 151
14 30 86 65 151
Keterangan :
Heat Index didapat dari rumus berikut : Heat Index = Suhu (OF) + % Kelembaban

Pengaruh Heat Index terhadap performance
Heat Index < 150 : tidak menyebabkan permasalahan performance
Heat Index 155 : merupakan batas atas terjadinya penurunan performance
Heat Index 160 : penurunan feed intake, peningkatan water intake, dan
penurunan performance
Heat Index 165 : awal kejadian kematian dan kerusakan permanen pada
paru-paru dan system peredaran darah
Heat Index 170 : dapat menyebabkan tingginya kematian

Sopyan Haris, Technical
support, CPI Surabaya
Sumber : Technical Focus, publication of Cobb Vantress, Inc.

BULETIN CP. MARET 2008 Nomor 99/Tahun IX

Menentukan Kualitas Air

AIR merupakan komponen penting dalam kehidupan,.Bagi makhluk hidup air merupakan salah satu bahan nutrisi. Fungsi air bagi tubuh adalah untuk pengaturan temperatur badan, pengangkutan bahan nutrisi lainnya dan turut juga dalam berbagai reaksi kimia dalam tubuh. Kebutuhan air pada unggas seringkali kurang diperhatikan.
Pemberian air terkadang hanya 2 kali dari makanan yang dikonsumsi (contoh : 1 kg pakan yang diberikan, maka air minum adalah 2 liter air).
Pemberian air minum perlu diperhatikan, terutama pada kondisi panas. Ayam akan minum lebih banyak (lebih dari 2 kali). Berikut konsumsi air berbagai unggas (untuk 100 ekor unggas) :
a. Broiler :
- Umur < 3 minggu = 2– 10 liter/hari
- Umur > 3 minggu =10 – 30 liter/hari
b. Layer : 18 – 30 liter/hari tergantung pada level produksi telurnya.
c. Itik :
- Umur < 4 minggu = 3– 12 liter/hari
- Umur > 4 minggu = 12 – 33 liter/hari
d. Angsa :
- Umur < 4 minggu = 3 – 25 liter/hari
- Umur > 4 minggu = 25 – 35liter/hari
e. Kalkun :
- Umur < 4 minggu = 2 – 11liter/hari
- Umur > 4 minggu = 11 – 60liter/hari

Konsumsi air dapat dipengaruhi oleh jenis makanan, laju pertumbuhan dan produksi, status penyakit dan temperatur lingkungan. Pada dasarnya air harus selalu tersedia terus menerus.
Kualitas air dalam suatu peternakan sudah seharusnya dipertimbangkan. Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan berbagai parameter, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. TDS (Total Dissolved Solids) meliputi semua mineral yang larut dalam air. TDS dapat mempengaruhi unggas tetapi tergantung pada mineral yang terkandung dalam air tersebut. TDS yang > 1500 ppm (mg/liter) tidak dapat diterima unggas di bawah umur 3 minggu, > 3000 ppm tidak baik untuk anak ayam dan anak itik, > 4000 ppm dapat meningkatkan kasus wet dropping pada ayam betina dan kalkun, > 7000 ppm tidak bias diterima oleh semua spesies unggas.
2. Salinitas adalah kadar garam yang terkandung dalam air. Salinitas sering digunakan sebagai parameter mengukur kualitas air yang dapat dipertukar dengan TDS, karena TDS juga mencakup garam mineral yang terkandung didalamnya.
3. Sodium (Na). Air yang tinggi kandungan sodiumnya dapat menyebabkan litter basah dan dapat menyebabkan dehidrasi Penelitian juga memperkirakan bahwa tingginya level sodium dapat menyebabkan ascites pada broiler dan kalkun. Level sodium >500 ppm perlu diperhatikan tetapi dapat diatasi dengan menurunkan kadar garam dalam pakan.
4. Kesadahan air. Mineral kalsium dan magnesium penyebab utama kesadahan air. Magnesium dapat mempengaruhi palatabilitas air. Kesadahan air akan membentuk kerak air di dalam pipa paralon (pipa air).
5. Sulfat. Sulfat dapat memberikan efek sebagai pencuci perut pada unggas dan dapat menyebabkan litter basah jika konsentrasinya >500 ppm. Konsentrasi > 500 ppm dalam air tidak layak diberikan pada unggas, jika > 1500 ppm dalam air tidak baik untuk anak ayam. Level > 3000 ppm tidak dapat diterima oleh unggas.
6. Nitrat dan nitrit. Keberadaan nitrat dan nitrit dapat diindikasikan bahwa air tersebut telah tercemar oleh bakteri (kontaminasi kotoran hewan atau manusia). Nitrit lebih berbahaya dengan dua komponennya. Dalam jumlah yang banyak dapat menganggu darah dalam mengangkut oksigen dan bersifat racun. Level maksimum nitrat yang direkomendasikan cukup bervariasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi < 300 ppm Nitrat masih bias ditoleransi unggas, namun beberapa penelitian yang lain menyarankan bahwa level maksimum nitrat adalah 50 ppm.
7. Besi.Besi dapat diperoleh karena pencemaran dari peralatan atau kotoran lain. Besi dapat mempengaruhi rasa namun umumnya tidak terlalu beresiko pada kesehatan unggas, tetapi secara tidak langsung merupakan suatu ancaman terhadap kesehatan unggas. Pengukuran kualitas air sebaiknya dilakukan lebih dari 1 parameter pengukuran untuk menentukan bahwa air tersebut layak atau tidak bagi unggas.

BULETIN CP. SEPTEMBER 2006 Nomor 81/Tahun VII

Roli Sofwah Hakim
(Sumber : www.agriorganics.com/
poultry.html)

Antara peluang dan ancaman bisnis ayam broiler

Ayam broiler atau lebih di kenal ayam potong adalah jenis unggas yang telah mengalami seleksi gen bertahun tahun.Sehingga hanya dalam waktu produksi 35 sampai 40 hari sudah layak di konsumsi.Hal ini menyebabkan selama masa produksi memerlukan perlakuan khusus. Baik dari jenis makanannya (konsentrat) , pencegahan penyakit (vaksinasi& obat2an) maupun saat masa panen(distribusi).
Sejak bisnis ayam potong berkembang di Indonesia selama pengamatan & pengalaman penulis selalu terjadi masalah klasik setiap tahunnya.Yaitu:
1. Fluktuasi harga input( Day Old Chik,pakan,obat obatan).
2. Fluktuasi harga out putnya( harga jual daging hidup).
3. Dari segi pemeliharaan munculnya bermacam2 penyakit pada saat pergantian musim sering terjadi.
3 hal inilah yang sering menjadi kendala utama dalam bisnis ayam broiler. Dalam dunia ekonomi fluktuasai harga input dan output sangat di pengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Beberapa hal yang memepengaruhi permintaan daging ayam broler antara lain:
1. Budaya masyarakat Indonesia yang menganggap daging masih merupakan menu special. Adanya momen lebaran, natal, tahun baru, ataupun bulan banyak masyarakat melangsungkan pesta pernikahan biasanya akan terjadi kenaikan permintaan daging. Tetapi setelah momen itu selesai atau memasuki tahun ajaran pendidikan yang baru biasanya akan terjadi pemurunanan permintaan daging broiler.
2. Kebiasaan masyarakat yang suka mengkonsomsi daging segar juga sangat mempengaruhi permintaan. Beda dengan di Negara-negara maju yang sudah terbiasa mengkonsumsi daging beku.
3. Adanya isu penyakit flu burung juga berpengaruh pada penurunan permintaan.

Beberapa hal di atas itulah yang biasa digunakan para peternak untuk membentuk penawaran.Yaitu menentukan jumlah ayam yang akan di pelihara untuk dipanen 40 hari ke depan. Apakah sesuai dengan kapasitas kandang atau kurang.Celakanya belum adanaya komunikasi secara baik antara perusahaan penyedia bibit ayam umur sehari(breeding) dengan peternak ayam broiler menyebabakan over produksi. Yang berimbas pada anjloknya harga jual daging ayam hidup di tingkat peternak.Akibatnya kerugian lah yang akan di derita oleh peternak.Secara rinci dapat penulis jelaskan beberapa pertimbangan yang digunakan peternak dalam membuat penawaran adalah sebagai berikut: Momen hari-hari besar seperti yang dijelaskan diatas sampai sekarang masih di gunakan para peternak sebagai patokan jumlah populasi ayam broiler yang akan di pelihara. Harga DOC.Karena belum bisa memproduksi bibit secara mandiri, maka peternak sangat tergantung pada perusahaan breeding sebagai penyedia bibit ayam broiler.Tidak adanya kontinyunitas pemeliharaan dari peternak juga tidak adanya kontrak harga beli DOC antara peternak dan perusahaan breeding menyebabkan harga DOC pun di pengaruhi demand dan suplay.Sebagai gambaran, pada saat permintaan DOC oleh peternak meningkat harga beli bisa mencapai Rp 3700/ekor. Tetapi disaat permintaan menurun harga beli bisa dibawah Rp 500/ekor.(Asumsi harga ini sekitar tahun 2000-2003.).

Harga pakan ayam..Perlunya pengetahuan mengenai konsentrasi ransum pakan yang sesuai dengan kebutuhan ayam broiler menyebabakan peternak sangat tergantung pada pakan konsentrat dari pabrik dalam budidaya ayam
broilernya.Bila harga beli konsentrat mengalami kenaikan akibat naiknya bahan baku pakan, peternakpun akan berfikir ulang dalam memulai budidayanya.Kekawatiran peternak apabila kenaikan pakan tanpa diiringi harga jual daging ayam di pasaran, tentunya peternak akan merugi. Harga Obat-obatan( vaksinasi & vitamin).Walaupun hanya sekitar 10% -15% biaya obat obatan dalam pembudidayaan ayam broiler tetap saja akan menjadi bahan pertimbangan peternak.Karena bila terjadi serangan penyakit yang vital biaya pengobatan pun akan naik.
Pergantian musim atau pancaroba.Perubahan musim penghujan ke musim kemarau atau sebaliknya, biasanya akan disertai datangnya penyakit baik yang disebabkan virus,bakteri maupun jamur.Terjadinya penurunan daya tahan tubuh ayam pada saat peubahan musim karena frekuensi suhu yang menyolok menyebabkan ayam akan mudah terserang penyakit. Dengan pertimbangan di atas biasanya peternak akan menghentikan sementara budidayanya.

Kata ekonom kalau mau untung besar ya harus berani mengambil resiko yang besar pula.Statmen ini tak jauh beda pada bisnis budidaya ayam broiler jika ingin meraup keuntungan yang besar.Karena didalam resiko yang besar itu terdapat pula peluang yang besar.Dari uraian diatas ada beberapa peluang yang bisa diambil.
1. Bila para peternak beramai ramai memelihara ayam broiler untuk dipanen pada saat lebaran tiba,maka sebaiknya kita memelihara untuk dipanen pada awal puasa atau pertengahan puasa.
2. Salah satu yang bisa digunakan sebagai indikasi perkiraan permintaan daging ayam broiler pada 40 hari sampai 60 hari ke depan adalah harga beli DOC.Bila harga DOC turun bisa dipastikan permintaan DOC oleh peternak juga turun. Logikanya kebutuhan daging untuk 60 hari kedepan tidak ada pasokan, karena peternak sudah memanen sebelumnya.Dengan asumsi harga jual daging stabil kita bisa mulai memelihara pada saat harga DOC turun.
3. Mahalnya harga pakan konsentrat dapat kita siasati dengan pencampuran bungkil jagung dengan pakan jadi untuk menekan biaya produksi.Dengan pertimbangan penambahan bungkil jagung berbanding denagn bobot ayam hal ini dapat kita lakukan.
4. Disaat para peternak mengosongkan kandangnya karena perubahan musim,disinilah kita beranikan untuk mengisi kandang ayam kita.Tentunya harus kita bekali dengan pengetahuan yang memadai tentang pemeliharaan ayam broiler yang intensif.Hal ini berkaitan dengan perlunya perlakuan pemeliharaan khusus disaat perubahan musim agar ayam tidak mudah terserang penyakit.

Contributed by Sigid Yuwono
Thursday, 12 June 2008
Last Updated Saturday, 28 June 2008

probiz.wgtt.org
http://probiz.wgtt.org

PERLUNYA BROILER DIPUASAKAN

TEMPERATUR lingkungan terutama di musim kemarau merupakan permasalahan yang menjadi perhatian bagi peternak karena temperatur lingkungan yang tinggi dapat meningkatkan FCR dan kematian. Temperatur dalam kandang terutama pada sistem “Open House” sangat dipengaruhi oleh lokasi farm. Lokasi tersebut harus memiliki sumber air yang mudah diperoleh serta perlu juga diperhatikan kecepatan angin dalam kandang.

Ayam merupakan hewan homeothermis atau berdarah panas dengan temperatur tubuhnya 40.6oC dan 41.7oC. Temperatur tubuh yang tinggi ini membuat ayam memiliki kemampuan terbatas dalam menyesuaikan diri dengan temperatur lingkungan. Oleh karena itu ayam akan merasa sangat tertekan jika suhu lingkungan lebih tinggi dari temperatur ideal baginya yaitu 19-27oC. Ayam memiliki kemampuan terbatas dalam mengurangi panas tubuhnya. Pengeluaran panas dilakukan melalui sistem respirasi karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat, sehingga kerja jantung dan angka respirasi akan menjadi lebih tinggi (biasa disebut dengan “panting’). Stres panas ini juga bisa mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh ayam. Perubahan fungsi fisiologis ini dapat berupa adaptasi ayam terhadap temperatur lingkungan yang ekstrim, contohnya : ayam akan mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air minum (agar produksi panas dalam tubuhnya / Heat Increment berkurang sehingga dapat membuang panas dengan jalan panting). Sekitar 60 % panas tubuh akan di buang melalui mekanisme panting.

Mekanisme panting ini akan dilakukan ayam terutama pada kandang yang kelembabannya rendah. Jika temperatur lingkungan terlalu panas maka ayam akan mengurangi aktifitasnya, sayap menjadi lunglai dan akan terjadi perubahan keseimbangan hormon.
Salah satu konsekuensi akibat stress panas maka ayam akan menurunkan konsumsi pakan, sehingga konsumsi nutriennya (asam amino, lemak, mineral maupun vitamin) juga akan turun. Oleh karena itu perlu menyiasati agar ayam dapat tercukupi kebutuhan nutriennya pada kondisi lingkungan yang panas.

Puasa ayam di siang hari secara fisiologis akan lebih baik dilakukan juga dengan pemberian air minum secara adlibitum. Interval puasa dapat dilakukan 6 – 8 jam sebelum terjadinya awal stres panas, kemudian terjadi lagi stres panas selama 6 jam sesudahnya, sehingga total interval puasanya menjadi 12 jam (masih dapat ditolelir). Pemberian pakan pada siang hari kurang efisien karena hasil metabolisme zat makanan pada jumlah tertentu harus dibuang. Pemberian vitamin C dan elekrolit (6 jam sebelum awal terjadinya stres panas) juga sangat dianjurkan serta dapat dilakukan juga penyiraman atap kandang dengan air atau dengan menambah kipas.
(Bagus Hamidi, R & D Feed Technology, PT. CPJF Jakarta).

BULETIN CP. APRIL 2006 No 76/Tahun VII

KONTROL KELEMBABAN LITTER

Manajemen lingkungan dalam kandang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya adalah mempertahankan kelembaban litter pada tingkat yang dapat memberikan kenyamanan bagi ayam. Untuk menjamin tingkat kelembaban litter yang nyaman, maka perlu diperhatikan beberapa tips berikut :
1. Monitor ventilasi kandang.
Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan litter menggumpal, licin dan lengket. Pada kondisi ini litter menjadi jenuh oleh air sehingga mengurangi kemampuan menyerap air. Sehingga menyebabkan amonia yang tinggi dalam kandang, lalat, bulu ayam kotor, memar pada dada, kaki luka, dll. Area yang sering terjadi biasanya disekiar tempat air minum. Sehingga daerah rawan ini harus sering diaduk atau diganti untuk mencegah berbagai problem.
2. Hindari kasus wet dropping, terutama dengan memperhatikan nutrisi pada pakan, konsumsi air minum atau adanya agen penyakit. dengan kadar garam yang tinggi dapat menyebabkan wet dropping, demikian juga jika kualitas air minum , perlu di cek kandungan mineralnya khususnya sulfat dan magnesium. Sejumlah agen penyakit dapat juga menyebabkan kotoran menjadi basah. Salah satunya adalah infeksi cocci. Penyebab penyakit ini adalah coccidia yang menyerang dan menginfeksi usus ayam. Untuk itu kontrol cocci melalui penggunan anticocci pada pakan sangat penting digunakan.
3. Hindari pakan berjamur.
Hal-hal yang dapat menyebabkan pakan berjamur adalah pakan terkena air/basah, kualitas lemak pakan yang jelek atau tengik, sehingga pakan mudah ditumbuhi jamur. Jamur yang tumbuh ini dapat melakukan metabolisme dan juga memproduksi mikotoksin. Sifat dari mikotoksin adalah dapat mengiritasi saluran pencernaan dan menyebabkan adanya perubahan patologi pada ginjal. Keadaan ini menyebabkan konsumsi air minum meningkat, sehingga kotoran menjadi basah. Kontrol mikotoksin dapat dilakukan dengan memperhatikan kadar air pakan, menjaga kondisi lingkungan tempat menyimpan pakan agar selalu kering, pakan tetap segar, kebersihan peralatan (termasuk tempat pakan dan peralatan pembuat pakan), pemberian penghambat tumbuhnya jamur (anti mold), seperti : asam organik ( propionat, benzoat, asam asetat), garam dari asam organik (kalsium propionat) dan tembaga sulfat.
4. Kontrol lingkungan kandang.
Temperatur dan kelembaban kandang berpengaruh pada konsumsi air minum. Jika temperatur yang tinggi, ayam mengkonsumsi air minum lebih banyak dan litter menjadi basah. Bila kelembaban juga tinggi, problem menjadi lebih parah dan akan lebih sulit untuk mempertahankan litter tetap kering.
5. Perhatikan sistem air minum
Pastikan sistem air minum berjalan dengan baik, apakahl ada kebocoran atau tidak serta tekanan air yang sesuai pada sistem nipple.

Nah, agar temperatur dan kelembaban dalam kandang dapat diatur, cahaya juga dapat dikontrol, penyakit lebih mudah dicegah maka sistem ”closed house” mutlak dibangun. (Gatut Wahyudi, Technical Service CP. Prima, Semarang)

BULETIN CP. APRIL 2006 No 76/Tahun VII

Ayam Pedaging Kadar Lemak Rendah

M Sobri, Kembangkan Ayam Pedaging Kadar Lemak Rendah, Daging Broiler Terasa Seperti Ayam Kampung

Tuesday, 05 February 2008

Malang, Penyakit jantung koroner dan obesitas merupakan momok yang menakutkan masyarakat. Untuk menyiasati agar ayam broiler tidak menjadi ancaman bagi kesehatan karena kadar lemaknya yang tinggi, Muchammad Sobri SPt MP, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan ayam pedaging dengan kadar lemak rendah. Ayam broiler yang diternakkan Sobri ini berasal dari bibit yang sama dengan ayam pedaging yang diternakan oleh peternak lainnya yang ada di Malang. Hanya saja proses penggemukan ayam broiler itu yang berbeda dengan ayam lain.

Perbedaan mendasarnya terletak dari sisi kadar lemak yang ada dalam tubuh ayam sendiri. Di sini saya sengaja tidak menggunakan kosentrat yang di jual dipasaran tetapi menggunakan pakan yang di ramu sendiri, ungkap Sobri ketika Surya berkunjung ke kandang ayam yang dikelolanya sendiri, Senin (4/2). Menjadikan ayam broiler rendah lemak memang terdengar agak meragukan, mengingat seluruh ayam potong yang dijual di pasar tradisional maupun moderen memiliki kandung lemak yang sangat tinggi. Sehingga banyak ahli gizi yang menyarankan agar masyarakat mengurangi konsumsi ayam broiler untuk menjaga kadar kolesterol dalam tubuh.
Memang tak bisa dipungkiri seluruh ayam pedaging di kawasan tropis seperti Indonesia banyak lemaknya. Kadar lemak yang tinggi dalam tubuh ayam memang disengaja untuk menambah nafsu makan ayam sehingga dalam waktu 35 - 45 hari sudah bisa dipanen,” ungkap lelaki kelahiran Kendal 19 Januari 1972 itu.

Namun banyaknya efek kesehatan yang ditimbulkan karena kadar lemak dalam tubuh ayam yang tinggi ini membuat Sobri terpacu membuat pakan khusus agar mengurangi kadar lemak dalam tubuh ayam. Hasilnya melalui pakan yangdiolah sendiri, Sekretaris jurusan peternakan UMM itu mampu menurunkan kadar lemak menjadi 4 % dari total lemak daging yang ada. Otomatis ini juga menurunkan kolesterol dalam tubuh ayam menjadi 100 mg per 100 gram daging, jelas dosen nutrisi unggas itu.

Bukan hanya sekadar rendah lemak saja, daging ayam yang dihasilkan menjadi lebih kenyal dan jika dimasak terasa seperti ayam kampung. Lama penggemukan ayam hampir sama dengan ayam broiler lainnya dan bobot saat panen sama dengan ayam dengan kadar lemak tinggi. “Dan yang paling penting biaya produksi mulai dari pakan hingga sanitasi kandang sama dengan jika pakan dibeli di pasaran,” beber Sobri.

Agar ayam pedaging yang dihasilkan lebih sehat lagi, Sobri mulai mengurangi penggunaan antibiotik yang membuat kadar residu kimia dalam tubuh ayam tinggi. Dimana akan berdampak terhadap ketahanan tubuh manusia bila memakan ayam dengan kadar antibiotik tinggi. Untuk itu saya mulai menggunakan bakteri lactobacillus yang berfungsi melawan bakteri jahat dalam tubuh. Sehingga saat dikosumsi manusia menjadi lebih aman karena residu antibiotik sudah tidak ada lagi, tandasnya./Renni Susilawati

Surya Online

http://www.surya.co.id/web

Tinjauan Produksi Broiler dengan Persentase Pemberian Ransum yang Berbeda Antara Siang dan Malam Hari

Khaira Nova1), Tintin Kurtini1), dan Nining Purwaningsih1)
1) Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Jln. Soemantri Brojonegoro no 1, Bandar Lampung 35145

Abstract

The present experiment was conducted to investigate (1) the effects of different percentage of ration between day and night toward broiler production and (2) the best level of percentage of ration given during the day and night toward broiler production. This research was arranged with 5 treatments and 4 replications, in which each experimental unit consisted of 5 broilers. The data were analyzed by using Analysis of Variance in 5% significant degree. The result of this research showed that the different percentage of ration during the day and night affected (P< 0,05) body weight gain and water consumption, but did not significantly affect feeding consumption and feeding convertion. These results suggested that the ration which was given 30% during the day and 70% at night is the best treatment in influencing body weight gain.

Key Words: Broiler Production, Percentage of Ration, Day and Night

Dokumen lengkap
http://docs.google.com/Doc?id=df73gpx9_0czb942j8

Biosekuriti dan Sanitasi Kunci Pengendalian Penyakit Gumboro


Penyakit IBD (Infectious Bursal Disease) atau yang biasa dikenal dengan gumboro pada unggas, ternyata tidak hanya dapat diselesaikan dengan pemberian vaksin Gumboro. Para ahli sepakat, pengendalian kasus gumboro, kuncinya ada di biosekuriti dan sanitasi lingkungan

Berdasarkan penelitian para tenaga ahli di lapangan Kasus Gumboro bersifat musiman, artinya pada musim tertentu akan mewabah apabila di wilayah atau kandang tersebut penerapan standar pemeliharaannya rendah. Pengendalian kasus gumboro yang paling kritis sejatinya ada di manajemen kandang, utamanya biosekuriti. Pada kandang dengan biosekuriti ketat, bisa dipastikan kasus gumboro bisa jauh ditekan. Meski vaksinasi yang tepat, tetapi pelaksanaan biosekuriti atau sanitasi lingkungan kandang yang rendah akan menjadi pemicu. Manajemen sanitasi tetap menjadi syarat mutlak dalam kesehatan kandang yang merupakan kunci pengendalian penyakit

Gumboro. Salah satu contoh adalah sinar matahari yang banyak, itu menjadi nilai plus yang bisa digunakan sebagai sarana pengendalian berbagai penyakit. Virus IBD tergolong dalam virus yang tidak beramplop (tidak berselubung). Dan sebagaimana karakter virus tak beramplop biasanya tidak mudah dimatikan. Diperlukan desinfektan tertentu untuk dapat menghancurkan virus. Tips yang dapat digunakan untuk disinfeksi kandang ayam yang pernah tercemar virus gumboro.

Disarankan penggunaan formalin 10 % (1 bagian formalin 38 % dicampur ke dalam 9 bagian air) atau dengan 0,25% larutan soda api (2,5 gram soda api kedalam 1 liter air). Larutan disiramkan pada permukaan tanah yang baru, artinya tanah kandang apabila belum disemen. Kemudian sekitar 2 - 3 m tanah seputar/keliling kandang harus di-scrap (dikikis) sedalam 3 - 5 cm, karena tanah tersebut sudah tercemar virus gumboro. Setelah di-scrap, disiram dengan larutan formalin 10% dan/atau larutan soda api 2,5% baru ditaburkan kapur gamping di seluruh permukaannya. Selain itu alas kaki harus dilepas dantidak boleh dibawa masuk ke dalam kandang, tanah hasil scrapping dibuang jauh dari kandang, ranting, sampah dan daun dibakar. Kesemuanya, dinilai cukup tuntas untuk kontrol virus gumboro pada kandang yang pernah terkena wabah gumboro. Virus gumboro banyak ditularkan ke anak ayam terutama melalui alas kaki (litter).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan virus gumboro bisa bertahan hidup di lingkungan tanah yang lembab lebih dari 3 tahun. Maka, situasi tanah di sekitar kandang broiler/layer berkorelasi positif pada tingkat kejadian gumboro. Litter yang lembab dan tercemar yang bercampur feces sangat mudah terkontaminasi virus. Pemberian vaksinasi semata tanpa dibarengi perbaikan biosekuriti dan sanitasi, tidak akan pernah mampu menekan kejadian dan keparahan IBD. Sehingga pemberian vaksin pada anak ayam harus juga diimbangi dengan pengelolaan biosekuriti dan sanitasi baik dan benar.

Sumber : Majalah Trobos
Editor : Anik Lastiati, Drh.
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur - Situs Resmi
http://www.disnak-jatim.go.id/web

SYNDROMA AYAM KERDIL


SINDROMA KERDIL KADANG MASIH USIL Masih kerap terdengar bila kita melakukan kunjungan lapangan ke peternak ayam pedaging (broiler), adanya keluhan mengenai ketidak seragaman ayam yang dipeliharanya. Menurut penuturan mereka, pada saat doc tiba kondisinya terlihat seragam, tetapi setelah ayam mulai menginjak usia di atas 14 hari, baru terlihat adanya ayam yang terlambat pertumbuhannya.Pertumbuhan yang tidak seragam pada ayam broiler memang banyak penyebabnya seperti :
- Doc berasal dari Bibit Muda atau Bibit Tua Sekali
- Multi strain dalam satu flock / kandang
- Kurang tempat pakan dan tempat minum
- Kepadatan ayam di kandang yang terlalu tinggi
- Penyakit infectious seperti Coccidiosis Sindroma Kekerdilan pada Broiler ( Runting and Stunting Syndrome )
Pada umumnya para peternak berpendapat bahwa beberapa penyebab yang menyebabkan ayamnya tidak seragam seperti karena doc, multistrain dalam satu kandang, kurang peralatan makan dan minum, kepadatan ayam dalam kandang dan penyakit coccidiosis, mereka sudah dapat mengatasinya di lapangan. Tetapi untuk sindroma kekerdilan atau runting and stunting syndrome, para peternak masih meraba-raba penyebabnya, karena kejadian di lapangan kadang ada dan kadang tidak ada / hilang dengan sendirinya. Sindroma Kekerdilan pada Broiler mempunyai berbagai ragam nama lain seperti : Malabsorption Syndrome, Runting Stunting Syndrome, Reovirus
Malabsorption, Pale Bird Syndrome, Helicopter Disease, Brittle, bone Disease Apa itu sindroma kekerdilan pada broiler ? dan apa saja penyebabnya? Sindroma kekerdilan didefinisikan sebagai : Sekelompok ayam (umumnya terjadi 5-40% populasi ) yang mengalami laju pertumbuhan yang kurang pada kisaran usia 4-14 hari.
Dimana setelah pada awalnya pertumbuhan tertekan, kemudian kembali normal, tetapi tetap lebih kecil dari yang normal. (Nick Dorko, 1997). Bila kondisi di atas dialami peternak broiler maka beberapa kerugian sudah nampak di depan mata seperti : tingginya ayam culling; tingginya fcr; rataan berat badan di bawah standar; berat badan yang sangat bervariasi, hal mana akan menjadi masalah bila ada kontrak dengan slaughter house/ rumah potong ayam, masalah dengan penjualan karena banyaknya ayam yang kecil. Pertanyaannya adalah apakah kejadian kekerdilan pada broiler ini hanya merupakan sindroma saja ataukah merupakan penyakit yang sangat banyak penyebabnya ? Multifactorial Causative Disease ?Beberapa ahli penyakit ayam menyatakan bahwa runting and stunting syndrome terdiri atas tiga bentuk yaitu Enteritic; Pancreatic dan Proventricular (yang mana hal tersebut lebih didasarkan kepada organ yang diserangnya), yang paling penting sindroma kekerdilan ini merupakan sindroma penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor. PENYEBAB SINDROMA KEKERDILAN Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya yaitu : Penyebab berasal dari Pembibitan Penyebab berasal dari Penetasan / Hatchery Penyebab berasal dari Manajemen Produksi Penyebab berasal dari Pakan / Nutrisi Penyebab berasal dari Lingkungan Penyebab berasal Penyakit
1. Penyebab berasal dari Pembibitan.
Beberapa hal yang berasal dari Pembibitan yang dapat menyebabkan doc yang dihasilkan mengalami sindroma kekerdilan antara lain :
- Telur tetas kecil (telur tetas yang berasal dari usia induk < 35 minggu dan atau biasanya pada saat puncak produksi)
- Maternal antibodi Reo-virus yang diturunkan rendah, padahal DOC perlu Maternal Antibodi yang tinggi
- Akan lebih parah apabila induknya positif Salmonella enteritidis
- Walaupun demikian kekerdilan bukan merupakan penyakit yang diturunkan
2. Penyebab berasal dari Penetasan / Hatchery.
Beberapa hal yang berasal dari Penetasan / Hatchery yang dapat menyebabkan doc yang dihasilkan mengalami sindroma kekerdilan antara lain :
Ø Waktu koleksi telur tetas yang terlalu lama
Ø Tidak dilakukannya grading telur tetas yang akan dimasukkan ke mesin tetas
Ø Bercampurnya telur tetas yang berasal dari usia induk yang sangat jauh berbeda
Ø Terlalu lama proses penanganan di ruang seleksi sehingga doc mengalami stress
Ø Kurang representatifnya alat angkut doc (chick van) dari Hatchery ke Peternak / kandang pemeliharaan.
3.Penyebab berasal dari Manajemen Produksi
Manajemen Produksi juga dapat menjadi penyebab terjadinya sindroma kekerdilan seperti : Biosecurity yang buruk Farm terdiri dari beberapa usia (multi ages) Kurang baiknya kualitas doc yang dipelihara Penanganan doc yang kurang baik terutama waktu periode brooding Cara pemberian, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan tidak benar

4.Penyebab berasal dari Pakan / Nutrisi Kandungan yang terdapat pada pakan jika kurang atau berlebihan kadangmenimbulkan pertumbuhan yang kurang baik bagi ayam yang dipelihara misalnya :
Ø Gejala sering seperti ayam yang terserang mycotoxicosis, khususnya AflatoxicosisØ Penggunaan Bungkil Kacang Kedelai yang berkualitas rendah
Ø Penggunaan Canola Meal dan Protein Hewani lebih daripada 8%
Ø Tidak ada atau rendah kandungan Natrium (khusus di Asia)
Ø Penggunaan vitamin yang kurang, khususnya pada pakan Breeder.

5. Penyebab berasal dari
Lingkungan. Menempatkan ayam pada kondisi lingkungan yang kurang kondusif akan juga mengakibatkan ayam terkena
sindroma kekerdilan, seperti :
Ø Lingkungan kandang yang bersuhu dan kelembaban terlalu tinggi
Ø Liingkungan kandang yang terlalu padat populasi ayamnya dan terdiri dari berbagai usia
Ø Lingkungan kandang merupakan daerah endemic penyakit yang bersifat imunosupresif.

6. Penyebab berasal dari Penyakit.Ada beberapa penyakit yang dapat memicu
timbulnya sindroma kekerdilan, dimana penyakit tersebut umumnya menimbulkan stress dan khususnya bersifat immunosupresif, seperti :
• Infeksi Reo virus
• Infeksi Mareks Disease, hal ini dapat terjadi terutama di Asia karena Broiler di Asia tidak divaksinasi
• Chicken Anemia Virus, vaksinasi tidak dilakukan di beberapa negara• ALV – J, diduga ada korelasi positif dengan sindroma kekerdilan
• Infectious Bursal Disease / Gumboro, beberapa negara hanya memakai strain klasik untuk vaksinasinya• Avian Nephritis Virus
• Reaksi yang berlebihan dari vaksinasi ND dan IB Penyebab utama yang paling berperanan adalah Reo virus dengan spesifikasi sebagai berikut : √ Virus tidak berselubung / amplop,
tahan panas dan dapat hidup :
Ø pada 600 C selama 8-10 jam
Ø pada 560 C selama 22-24 jam
Ø pada 370 C selama 15-16 minggu
Ø pada 220 C selama 48-51 minggu
Ø pada 40 C selama lebih dari 3 tahun
Ø pada - 630 C selama lebih dari 10 tahun

PENULARAN PENYAKIT Penularan dapat terjadi secara horizontal (Robertson & Wilcox, 1984 dan Van Der Heide, 1977) Melalui jalur respirasi (Roessler, 1986) Penularan secara vertikal dengan suatu percobaan dengan cara inokulasi induk usia 15 bulan, ternyata pada doc hasil tetasannya (17 – 19 hari post inokulasi) mengandung virus reo (Menendez, Van Der Heide dan Kalbac, 1975)GEJALA KLINIS Biasanya mulai terlihat pada usia 4-8 hari dengan ciri-ciri : Malas bergerak Bulu kusam Coprophagia (faeces / litter eating) Bila di uji gula darahnya Hypoglycaemic Hanya sebagian populasi yang terkena dengan kategori :
Ø 5 - 10 % populasi dengan kategori RINGAN
Ø 10 - 30 % populasi dengan kategori BURUK
Ø 30 % populasi dengan kategori

BENCANA / MALAPETAKA Biasanya terlihat pada usia 2 minggu :
Ø Bulu sekitar kepala dan leher tetap “ Yellow Heads
Ø Bulu primer sayap patah / dislokasi “ Helicopter Birds Stress Banding
Ø Tulang kering / betis berwarna pucat
Ø Jika diperiksa kotorannya masih utuh / makanan hanya lewat saja " Helicopter Bird"

"Tulang Kering Pucat " Bulu sekitar leher dan kepala masih kuning “ YELLOW usia ayam di bawah ini adalah sama ) PATOLOGI ANATOMI
Ø Perubahan terutama terjadi pada usus seperti : pucat, tipis, berisi material cair sampai berlendir
Ø Kadang ada radang proventriculus
Ø Ada degenerasi pada pancreas
Ø Makanan pada usus bagian belakang masih utuh "Perubahan pada Pancreas" "Usus Tipis dan Pucat" Usus Belakang" "Pembesaran Proventriculus " "Dinding Proventriculus Tebal "

PENGENDALIAN PENYAKIT
1.Pembibitan
Ø Induk harus dapat memberikan bekal maternal antibodi yang tinggi
Ø Hindari terinfeksi dengan Salmonella enteriditis
Ø Perbesar telur tetas dengan cara tunda awal produksi dini (pengaturan lighting), berat badan betina harus masuk berat standar, kebutuhan Kcal / protein / ayam terpenuhi. Tambahkan protein / asam amino pada pakan periode petelur dengan Methionine / Cysteine

2. Hatchery.
Ø Hindari menetaskan telur tetas yang kecil
Ø Perpendek waktu koleksi telur tetas
Ø Jangan menetaskan telur tetas yang berbeda usia / ukuran dalam satu mesin
Ø Percepat proses seleksi doc dan secepatnya didistribusikan
Ø Pergunakan alat pengangkut doc dari hatchery sampai peternak dengan alat angkut yang representatif, terutama lengkapi dengan Ventilator

3. Farm Broiler.
Ø Laksanakan proses biosecurity dengan baik dan benar, agar farm dapat seoptimal mungkin terbebas dari serangan infeksi penyakit pemicu terjadinya kekerdilan
Ø Penggunaan desinfektan yang mengandung antiviral seperti GLUTAMAS dan SEPTOCID sangat dianjurkan
Ø Usahakan satu unit farm diisi oleh ayam yang satu usia, karena jika ada serangan kekerdilan ayam yang ber-usia paling muda yang paling parah terkena infeksi
Ø Jika mendapat doc kecil / bibit muda / doc berasal dari telur tetas kecil, maka tatalaksana brooding harus sempurna; berikan pada minumnya multivitamin yang mengandung vitamin A, D dan E seperti VITAMAS; perhatian difokuskan kepada suhu sekitar brooding; pemberian pakan yang intensif dan mudah dijangkau ayam, demikian juga dengan air minum harus selalu tersedia dalam keadaan segar
Ø Bila kekerdilan sudah menyerang ayam di kandang, maka lakukan langkah :
1. Ayam yang hanya mencapai 40% dari berat badan standar dipisahkan / diculling
2. Lakukan desinfeksi area kandang secara rutin dengan GLUTAMAS atau SEPTOCID, dosis berikan sesuai petunjuk pembuatnya
3. Ayam yang ber-berat badan > 40% dari berat badan standar dan Normal berikan minum yang mengandung
MASABRO atau HYPRAMIN – B, sesuai petunjuk pembuatnya
4. Pakan sebaiknya tetap menggunakan pakan starter sampai panen
5. Sebaiknya ayam di panen pada berat 1.0-1.2 kg saja
Ø Periksakan pakan secara periodik untuk kontrol kandungan mycotoxin
Ø Pastikan pakan kandungan bahan bakunya seimbang dan sesuai dengan peruntukan usia ayam

Sumber :

Kontribusi Dari Drh Arief Hidayat

Welcome to Mensana Aneka Satwa,Produsen Obat Hewan,Vaksin,Antibiotik,Vitamin
http://www.mensana-id.com

Jumat, 19 Desember 2008

Semawar Bahan Bakar GAS





Penggunaan semawar untuk brooder sudah umum digunakan oleh banyak peternak. Semawar tersebut berbahan baker minyak tanah, namun seiring dengan adanya program pemerintah tentang penggantian minyak tanah oleh kayu bakar, peternak pun semakain sulit untuk mendapatkan minyak tanah, dan kalaupun ada harganya mahal. Keadaan ini merangsang peternak untuk memodifikasi semawar yang berbahan bakar minyak tanah diganti dengan bahan bakar gas.
Secara teknis operasional, hamper tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok, rangkaian pun sama dengan yang berbahan bakar minyak tanah. Yang membedakannya hanya terdapat alat tambahan berupa regulator untuk mengatur keluarnya gas dari tabungdan sebuah pipa untuk menyalurkan gas dari tabung ke semawar.
Bahan:
- semawar (ukuran 202, 203, tergantung pilihan peternak)
- regulator untuk mengatur keluarnya gas dari tabung ke semawar
- selang gas
- pipa gas
- tutup seng (bisa menggunakan seng yang biasa dipergunakan untuk semawar yang menggunakan minyak tanah)
- harga 1 set semawar + Rp 260.000
bila dilihat dari efisiensi biaya, menggunakan gas relative lebih murah. Sebagai contoh selama 24 jam dengan menggunakan minyak tanah bisa menghabiskan sebanyak 5 liter, bila harga per liter minyak tanah rp 4.000 berarti per hari (24jam) biaya yang diperlukan Rp 20.000. bila menggunakan gas, 1 tabung gas kecil (3 kg) bisa cukup untuk 1 hari (24jam), harga gas 3kg Rp 15.000. dari contoh itu sudah terlihat perbedaan sebesar Rp 5.000/semawar/hari.

Kamis, 11 Desember 2008

Ventilasi




Pergerakan udara dapat meningkatkan pengeluaran panas dalam kandang dengan cara konduksi dan evaporasi. Efektivitas pergerakan udara dalam kandang tergantung pada umur ayam dan bulu yang menutupi tubuhnya. Pergerakan udara dapat dubuat dengan menggunakan kipas sirkulasi yang ditermpatkan untuk meningkatkan kecepetan angin sesuai dengan level yang dibutuhkan oleh ayam
Cara menciptakan pergerakan udara dalam kandang dapat dibagi menjadi dua tipe yakni:
1. kipas sirkulasi untuk kandang tipe terbuka
2. ventilasi sistem tunnel untuk kandang tertutup

Kipas dengan ukuran 36” dan berkapasitas 10.000 cfm dapat menimbulkan pergerakan udara dalam area seluas 5x15m. Ventilasi tunnel merupakan metode terbaik untuk menjaga agar ayam tetap dingin di musim panas, tetapi hal ini hanya efektif jika desain dan diatur secara benar. Ventilasi tunnel berujuan agar panas di dalam kandang dapat keluar dari kandang dengan menggunakan kecepatan angin dalam kandang sebesar 4—500 ft/menit. Pergantian udara terjadi satu kali tiap satu menit atau kurang

Efek wind-chill yang disebabkan oleh udaha berkecepatan tinggi dapat menurunkan temperatur efektif sebesar 10 – 23 oF.

System pemberian pakan





1. tempat pakan (feeder space) untuk anak ayam
0 – 2 hari 1 feeder tray diameter 35cm per 50 ekor ayam
3 – 5 hari tambah feeder tray dan pan feeder
6 – 14 hari tambah 1 pan feeder setiap 50 ekor anak ayam
• tempat pakan mulai umur 3 hari sudah ditambah dengan pan feeder dan setiap pelebaran ditambah (disesuaikan dengan kondisi ayam)
• feeder tray pada umur 6 hari mulai dikeluarkan, pada umur 9 hari semua sudah menggunakan feeder tube
• umur 12 hari feeder tube sudah mulai digantung, pada 14 hari feeder tube sudah digantung semua (disesuaikan dengan kondisi ayam)

jumlah kebutuhan tempat pakan untuk 500 ekor

umur kepadatan (ekor/m2) chicken feeder tray (CFT) Tube 10kg
1 60 10 -
3 40 10 10
6 30 6 12
9 20 4 16
12 15 - 24
14<< 10 - 24

• pemberian pakan, pola pemberian pakan yang baik akan membantu mengingkatkan konsumsi pakan minggu pertama. Pemberian pakan sedikit demi sedikit tetapi sesering mungkin sangat dianjurkan

frekuensi pemberian pakan
umur (hari) frekuensi pemberian pakan
1 – 2 8
3 – 4 7
5 – 6 6
7 – 8 6
9 – 10 6
11 – 12 5
13 – 14 5
15 – 20 4
>20 2


2. ketinggian feeder untuk broiler
bibir feeder pan (feeder tube) harus sedikit demi sedikit lebih rendah daripada tembolok ayam jika ayam berdiri tegak

Stress panas

Stress akibat panas dapat menurunkan performa ayam. Kisaran temperatur netral untuk ayam menurun dari >30oC (86oF) pada waktu menetas sampai sekitar 24oC (75oF) pada umur 4 minggu. Respon alam ayam dalam menghadapi stres panas adalah mengurangi konsumsi pakan sebagai upaya untuk menurunkan produksi panas tubuhnya.
Peningkatan konsumsi pakan selama stres panas yang akut adat meningkatkan kematian, sehingga untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan dengan cara:
- ayam dipuasakan
interval puasa lebih dari 6-8 jam sebelum terjadinya awal stres panas, kemudian terjadi lagi stres panas selama 6 jam sehingga puasanya menjadi 12 jam masih dapat ditolerir
- pemberian vitamin dan elektrolit sangat dianjurkan. Vitamin C diberikan 6 jam sebelum stres panas terjadi

Sistem pemberian Air minum



Sangatlah penting bahwa air minum tersedia setiap saat untuk broiler. Kekurangan pasokan air minum, baik dalam jumlah, penyebaran serta tempat minum dan konsumsinya dapar mengurangi laju pertumbuhan
Pada saat ayam datang, berikan larutan gula 2% paling lama 2-3 jam pertama serta berikan antibiotic pada hari 1 hingga hari ke 3 disaat pagi hari (paling lama 5 – 6 jam) dan berikan vitamin pada saat sore hari
Air harus selalu bersih dan segar dan dilakukan test secara teratur terhadap kandungan zat kimia dan komposisi bakteriologis (6 bulan sekali). Untuk menjaga air dalam kondisi normal, gunakan 3 – 5 ppm chlorine untuk mengurangi masalah e.coli

1. ketinggian tempat air minum untuk broiler
tempat air minum harus selalu dicek ketinggiannya setiap hari dan disesuaikan agar tepi tempat minum sejajar dengan punggung ayam sejak hari ke 18 dan seterusnya. Ketinggian nipple disesuaikan secara sentral menggunakan kerekan sehingga ayam dapat minum dengan mendongakan kepalanya 45 derajat terhadap nip[ple

2. level air minum
ketinggian air minum sebaiknya 0.6 cm di bawah tutup tempat minum samp[ai dengan 7 – 10 hari dan harus ada air di dasar tempat minum dengan ketinggian 0.6 cm sejak hari ke 10 dan selanjutnya. Pengeluaran air dari nipple minimal 80 ml per menit dengan tekanan 30 40 cm water column

3. kualitas air minum
kualitas air sangat penting karena ayam minum 1,6 – 2 kali dari jumlah pakan yang dikonsumsinya. Lakukan analisa terhadap air minum dua kali setahun untuk memastikan bahwa air minum tersebut mengandung mineral atau bahan organic dalam jumlah yang dapat diterima

kebutuhan tempat minum untuk 500 ekor

umur (hari) tempat minum otomatis tempat minum 1 galon
1 6 10
3 6 10
6 8 12
9 10 16
12 10 16
>14 10 16

Seleksi ayam

Pelaksanaan seleksi ayam sebaiknya dilakukan semenjak penerimaan DOC dan dapat dilakukan saat vaksinasi. Ayam yang diseleksi meliputi:
- ayam yang dehidrasi
- pantat atau pusarnya yang basah
- ayam yang kedil, lemah, atau cacat
ayam hasil seleksi ini ditempatkan di dalam brooder tertentu. Berikan pemanas, vitamin, akan dan mium yang cukup

Program pencahayaan

Pencahayaan berfungsi untuk memaksimalkan berat badan harian. Pencahayaan dalam kandang harus merata ke seluruh bagian kandang. Secara umum broiler tumbuh pada 23 jam penyinaran per hari. Penelitian telah membutktikan bahwa penyinaran kurang dari 23 jam dapat memberikan beberapa keuntungan. Untuk anak ayam, berikan cahaya terang sebesar 20 lux. Setelah satu minggu intensitas cahaya dikurangi secara bertahap menjadi 5 – 10 lux

Program pencahayaan untuk broiler yang telah dimodifikasi terdiri dari 3 tipe, yaitu:
1. Program penambahan lama penyinaran (photoperiod) sesuai untuk flok yang dipelihara sampai bobot badan di atas 2 kg (panen diatas 2kg)

Umur (hari) Terang gelap
0 – 3 23 1
4 – 7 18 6
8 – 14 14 10
15 – 21 16 8
22 – 28 18 6
29 – panen 23 1

2. program pengurangan lama (phoyoperiod) sesuai untuk flok yang dipelihara hingga 2 kg 9panen antara 1 kg sampai 2 kg)

umur (hari) terang gelap
0 – 7 23 1
8 – 21 16 8
22 – panen 23 1

3. program pencahayaan intermitten (terang-gelap) pada kandang tertutup sesuai untuk flok yang dipelihara sampa dengan umur 42 hari

program ini dipergunakan bila terdapat masalah pertumbuhan kaki yang abnormal. Program pencahayaan ini dapat bermanfaat dalam mengurangi efek stress panas pada performa broiler

a umur (hari) terang gelap
0 - 3 23 1
4 – 35 5 1 (terang/gelap secara bergantian)
36 – 42 23 1

b umur (hari) terang gelap
0 – 7 24 0
8 – 21 23 1
21 – panen 2(1) 2 (3) (terang/gelap bergantian)
Program pencahayaan “lampu pijar 5 watt/m2, lampu neon 1 watt/m2

Kepadatan ayam

Jumlah ayam per m dapat bervariasi tergantung dari umur panen, tipe kandang dan iklim yang terjadi pada saat itu

Pada kandang terbuka dengan ventilasi alami kepadatannya 15kg/m2. pada kandang dengan aliran udaha yang bisa diatur (kandang tertutup), kepadatan dapat mencapai 25-30kg/m2 berat hidup. Direkomendasikan juga untuk menurunkan kepadatan kandang saat temperature tinggi.

Kepadatan ayam berdasarkan berat panen
Berat kepadatan (ekor/m2)
0.80 – 0.99 11.00 – 11.1
1.00 – 1.19 10.0 – 10.5
1.20 – 1.39 9.0 – 9.5
1.40 – 1.59 8.0 – 8.5
1.60 – 1.89 7.5 – 8.0
>1.90 7.0 – 7.5

Selasa, 09 Desember 2008

Konsumsi air minum

Pada temperature normal, konsumsi air minum ayam adalah 1,6 – 2,0 kali dari konsumsi pakan. Faktor ini sebaiknya digunakan sebagai pedoman sehingga penyimpangan konsumsi air yang berkaitan dengan kualitas pakan, temperature atau kesehatan ayam dapat segera diketahui dan diperbaiki.

Konsumsi air/100 ekor/hari
(pada suhu 21o C)

Umur (minggu) liter
1 58 – 65
2 102 – 115
3 149 – 167
4 192 – 216
5 232 – 261
6 274 – 308
7 309 – 347
8 342 – 385

Diatas suhu 21o C, kebutuhan air minum meningkat rata-rata 6.5% setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius

Kualitas air minum
Level maksimal mineral dan bakteri pada air mium yang dapat ditolerir

Total bahan padat terlarut 300 – 500 ppm
Khlorida 200 mg/l
pH 6 – 8
Nitrat 45 ppm
Sulfat 200 pp
Besi 1 mg/l
Kalsium 75 mg/l
Magnesium 30 mg/l
Mangaan 0.05 mg/l
Seng 0.06 mg/l
Fluoride 0.002 mg/l
Merkuri 0.05 mg/l
Timah 0.05 mg/l
Faecal coliform 0

Intentsitas cahaya

Pencahayaan secara tradisional hanya ada satu system, yaitu pencahayaan secara terus menerus, yang telah diterapkan oleh para peternak broiler. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pertambahan berat badan harian. Periode gelap yang singkat digunakan agar ayam menjadi terbiasa dengan kegelapan kandang padaa saat listrik pada. Intensitas cahaya sebaiknya diturunkan secara bertahap sejak hari ke 7 dari 20 lux menjadi 10 lux. Oleh karena itu intensitas cahaya harus merata ke seluruh bagian kandang

Bola lampu (watt) tungsten (lumen) flouresen (lumen)
20 170 830
25 230 1000
40 430 2600
80 730
100 1600

Formula ini digunakan untuk kentinggian bola lampu 2 meter diatas ayam. Perhitungan sederhana adalah 1 watt/1.33 meter setara dengan 10 lux

Intensitas cahaya 2 x B x lumen
W x L x H^2

Keterangan:
B = jumlah bola lampu (pijar/neon)
W = lebar kandang
L = panjang kandang
H = tinggi kandang

Biosekuriti

- pencegahan penyebaran penyakit melalui manusia
membatasi orang dan kendaraan yang masuk ke lokasi kandang, masuk ke lokasi kandang harus di semprot dengan desinfektan. Siapkan celup kaki dan celup tangan di tiap kandang (air dan desinfektan). Lakukan penyemprotan juga terhadap kendaraan yang keluar masuk kandang.
- penecegahan penyakit melalui ayam
segera keluarkan ayam yang mati dalam kandang seiap hari. Jika ada ayam yang menunjukkan gejala sakit segera isolaso ke kandang isolasi
- pencegahan penyakit melalui peralatan
system all-in all-out akan membantu pencegahan penyebaran penyakit dari ayam tua kea yam muda. Peternak harus membiasakan pembersihan dan desinfeksi kandang untuk mengurangi mikroorganisme pathogen hingga level minimum
- pencegahan penyakit melalui vector
vector penyebaba penyakit seperti rodensia, burung liar, serangga, parasit internal dan eksternal